QANAAH
1. Pengertian Qanaah
Menurut bahasa qanaah artinya merasa cukup. Menurut Istilah qanaah berarti merasa cukup atas apa yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada kita sehingga mampu menjauhkan diri dari sifat tamak, sifat tersebut berdasarkan pemahaman bahwa rezeki yang kita dapatkan sudah menjadi ketentuan Allah Swt. Apapun yang kita terima dari Allah Swt merupakan karunia yang tiada terhingga. Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita wajib bersyukur kepada-Nya.
Firman Allah Swt :
Artinya: “Dan tidak ada sesuatu binatang melata pun di bumi ini, melainkan Allahlah yang memberi rezekinya.”(QS Hud : 6 )
Ayat diatas menjelaskan bahwa setiap rezeki yang kita peroleh adalah dari Allah Swt, Akan tetapi, tidak berarti kita harus pasrah tanpa ada ikhtiar atau usaha, justru kita dituntut untuk berusaha semaksimal mungkin demi meningkatkan kesejahteraan hidup.
Sifat qanaah tidak membuat orang mudah putus asa atas ujian dan cobaan yang diberikan Allah Swt, baik berupa ketakutan, kelaparan, bencana, maupun kekurangan harta benda. Akan tetapi, mereka akan tetap bersabar menerima ujian tersebut dan tidak patah semangat untuk menjalani kehidupannya kembali. Hal ini sebagaimana Firman Allah Swt dalam Al qur`an surah Al Baqarah:155)
Artinya: “Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al Baqarah:155)
Orang yang memiliki sifat qanaah merasa cukup dengan apa yang dia dapatkan meskipun sedikit. Dengan demikian, hati kita bisa menjadi tenang dan jauh dari sifat ketamakan. Sebagaimana hadist Nabi Muhammad saw, yang menjelaskan bahwa seseorang yang dapat melaksanakan hidup dengan sifat qanaah, maka ia termasuk orang-orang yang beruntung.
Sabda Nabi Muhammad SAW.
Artinya : “dari Abdillah bin Umar r.a berkata Rosululloh SAW, “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam mendapat rizki secukupnya dan ia merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya.”(HR. Muslim)
2. Contoh Perilaku Qanaah
Diantara beberapa contoh yang mencerminkan sifat qanaah adalah sebagai berikut :
* Menerima dengan ikhlas setiap rezeki yang diberikan Allah Swt.
* Senantiasa berpikir positif menerima ujian, cobaan, kegagalan, bahkan nikmat dari Allah Swt.
* Bekerja keras dan tetap optimis.
* Tidak berlebih-lebihan artinya membelanjakan harta sesuai kebutuhan.
A. Qana’ah
1. Pengertian qana’ah
Qana’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari dari rasa tidakpuas dan perasaan kurang. Orang yang memiliki sifat qana’ah memiliki pendirian bahwa apa yang diperoleh atau yang ada didirinya adalah kehendak allah .
2. Fungsi qana’ah
Qana’ah berfungsi sebagai:
a. Stabilisator: seorang muslim yang memiliki sifat qana’ah akan selalu berlapang dada, berhati tenteram, merasa kaya dan berkecukupan, dan bebas dari keserakahan.
b. Dinamisator: kekuatan batin yang mendorong seseorang untuk meraih kemengan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap bergantung kepada karunia ALLAH SWT.
1. Pengertian Qana’ah
Qana‟ah artinya sikap merasa
cukup atau menerima apa adanya terhadap segala usaha yang telah
dilaksanakannya. Sifat qana‟ah akan mengendalikan diri seseorang dari keinginan
memenuhi hawa nafsu. Sebagai seorang muslim yang berjiwa kuat, sikap qana’ah
tentunya sangat penting untuk dimiliki. Dengan sikap qana’ah seorang muslim
akan terhindar dari rasa rakus dan serakah ingin menguasai sesuatu yang bukan
miliknya. Seseorang yang memiliki sikap qana’ah akan merasa kecukupan dan
selalu berlapang dada. Dalam dirinya yakin akan apa yang ia peroleh dari
usahanya adalah atas kehendak Allah SWT. Ia sadar bahwa hanya Allah yang
mengatur rejeki, hidup, mati dan jodoh seseorang.
Rasulullah SAW bersabda :
- ”An abdillahibni ’umara qala, qala rasulullahi sallallahu ’alaihi wa sallama qad aflaha man aslama waruziqa kafafan wa qanna’ahullahu bima atahu”. (HR. Muslim)
- Artinya : ”Abdullah bin Umar berkata, ”Bersabda Rasulullah SAW, ”Sungguh beruntung orang-orang yang masuk Islam, mendapat rejeki secukupnya dan ia merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepadanya”. (HR. Muslim)
- “An abi hurairata radiyallahu ‘anhu qala, qala rasulullahi sallallahu ’alaihi wa sallama laisal gina ’ankasratil aradi walakinnalgina ginannafsi”. (HR. Bukhari dan Muslim)
- Rasulullah saw bersabda, ” Bukannya kekayaan itu karena banyak hartanya, melainkan kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hatinya”. ”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sikap qana’ah perlu kita bina sejak masih kecil. Sikap qana’ah ini berkaitan erat dengan berapa dan apa harta yang ia dapatkan di dunia. Jika kita mampu mengendalikan diri dari urusan-urusan dunia, maka pembiasaan qana’ah inilah yang berperan aktif. Pembiasaan qana’ah dapat diterapkan dengan hidup sederhana, mensyukuri setiap mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan tidak mengeluh atas kondisi hidup yang sedang dijalaninya.
Qana’ah dalam kaitannya dengan siswa dapat dibiasakan melalui pemberian uang jajan yang tidak melebihi batas kewajaran. Setiap siswa pasti mendapatkan uang jajan dari orang tuanya ketika pergi ke sekolah. Sebagai siswa yang baik, kamu harus mensyukuri berapapun uang yang dikasih oleh orang tua. Bahkan kalau perlu kamu tidak jajan dan menabung uang tersebut.
3. Contoh perilaku Qana’ah
Perhatikan pengalaman hidup berikut !
a. Shofa adalah seorang siswa kelas 9 di sebuah SMP swasta favorit di Kota Jayapura. Setiap hari ia pergi ke sekolah dengan berjalan kaki. Padahal jarak rumah menuju sekolahnya kurang lebih 9 KM. Shofa bersyukur kepada Allah SWT, karena orang tuanya masih mampu menyekolahkan sampai tingkat SMP. Ia berangkat ke sekolah pagi-pagi benar agar tidak terlambat datang ke sekolah. Shofa tidak merasa canggung dengan teman-temannya yang berasal dari perkotaan. Teman-temannya dari kota difasilitasi oleh orang tuanya sepeda motor. Shofa tetap setia berjalan kaki pergi ke sekolah. Walaupun sebenarnya orang tuanya sudah membelikan sepeda motor. Bagaimana sikap kamu jika menjadi Shofa ?
Berikut beberapa sikap yang
mencerminkan qanaah :
- Senantiasa bersyukur atas nikmat Allah SWT
- Hidup sederhana
- Senantiasa mau berinfak dijalan Allah SWT
- Tidak putus asa / cemas dalam menghadapi masalah
Bersikap qana’ah berarti menanamkan pola hidup sederhana. Qana’ah tetap dilakukan ketika dalam keadaan miskin atau ketika sudah merasa kecukupan hidup di dunia. Sikap qana’ah merupakan sikap yang baik dan perlu dilestarikan, karena qana’ah memiliki fungsi bagi kehidupan umat Islam di dunia ini. Diantaranya adalah :
a. Mendidik pola hidup sederhana
b. Mendidik perilaku yang ikhlas terhadap segala kejadian
c. Meningkatkan keimanan, ketakwaan dan tawakkal
d. Meningkatkan rasa syukur kepada Allah swt
Pengertian Qanaah
Qanaah ialah menerima dengan cukup.
Qanaah itu mengandung lima perkara:
- Menerima dengan rela akan apa yang ada.
- Memohonkan kepada Tuhan tambahan yang pantas, dan berusaha.
- Menerima dengan sabar akan ketentuan Tuhan.
- Bertawakal kepada Tuhan.
- Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.
Itulah yang dinamai Qanaah, dan
itulah kekayaan yang sebenarnya.
Rasulullah saw bersabda:
“Bukanlah kekayaan itu lantaran
banyak harta,, kekayaan ialah kekayaan jiwa”.
Ertinya: Diri yang kenyang dengan
apa yang ada, tidak terlalu haloba dan cemburu, bukan orang yang meminta lebih
terus terusan. Kerana kalau masih meminta tambah, tandanya masih miskin.
Rasulullah saw bersabda juga:
Ertinya:
“Qanaah itu adalah harta yang tak
akan hilang dan pura (simpanan) yang tidak akan lenyap”. (HR. Thabarai dari
Jabir).
Orang yang mempunyai sifat qanaah
telah memagar hartanya sekadar apa yang dalam tangannya dan tidak menjalar
fikirannya kepada yang lain.
Barangsiapa yang telah beroleh
rezeki, dan telah dapat yang akan dimakan sesuap pagi sesuap petang, hendaklah
tenangkan hati, jangan merasa ragu dan sepi. Tuan tidak dilarang bekerja
mencari penghasilan, tidak disuruh berpangku tangan dan malas lantaran harta
telah ada, kerana yang demikian bukan qanaah, yang demikian adalah kemalasan.
Bekerjalah, kerana manusia dikirim ke dunia buat bekerja, tetapi tenangkan
hati, yakinlah bahawa di dalam pekerjaan itu ada kalah dan menang. Jadi tuan
bekerja lantaran memandang harta yang telah ada belum mencukupi, tetapi bekerja
lantaran orang hidup tak boleh menganggur.
Hal ini kerap menerbitkan salah
sangka dalam kalangan mereka yang tidak faha rahsia agama. Mereka lemparkan
kepada agama suatu tuduhan, bahawa agama memundurkan hati bergerak. Agama
membawa manusia malas, sebab dia sentiasa mengajak umatnya membenci dunia,
terima saja apa yang ada, terima saja takdir, jangan berikhtiar melepaskan
diri. Sebab itu, bangsa yang tidak beragama beroleh kekayaan, bangsa yang zuhud
terlempar kepada kemiskinan katanya!
Tuduhan demikian terbit lantaran
salah perasangka pemeluk agama sendiri. Mereka sangka bahawa yang bernama
qanaah ialah menerima saja apa yang ada, sehingga mereka tidak berikhtiar lagi.
Mereka namai taqwa orang yang hanya karam dalam mihrab. Mereka katakan soleh
orang yang menjunjung serban besar, tetapi tidak memperdulikan gerak geri
dunia. Mengatur hidup, mengatur kepandaian, ilmu dunia, semuanya mereka sangka
tidak boleh dilarang agama! Sebab kesalahan persangkaan pemeluk agama itu,
salah pulalah persangkaan orang yang tidak terdidik dengan agama, bukan kepada
pemeluk agama yang salah pasang itu, tetapi salah sangka kepada agama sendiri.
Intisari pelajaran agama ialah
menyuruh qanaah itu, qanaah hati, bukan qanaah ikhtiar. Sebab itu terdapatlah
dalam masa sahabat-sahabat Rasulullah saw, orang kaya-kaya, berwang, berharta
berbilion, beruma sewa, berunta banyak, memperniagakan harta benda keluar
negara, dan mereka qanaah juga. Faedah qanaah amat besar di waktu harta itu
terbang dengan tiba-tiba.
Sri baginda ratu Belanda Wilhelmina
seorang ratu yang masyhur mempunyai pendirian qanaah ini. Puteri Yuliana,
disuruh mempelajari segala macam kepandaian yang perlu untuk menjaga hidup
sehari-hari, disuruh belajar menjahit, memasak, menyulam dan lain-lain. Ketika
ditanyai orang kepada baginda apa maksud yang demiian, baginda menjawab
kira-kira demikian.
“Tipu daya dunia tak dapat
dipercayai, ini hari kita dipujuknya, besok mana tahu kita diperdayakannya,
sebab itu kita tak boleh harap dengan yang ada, dan tak boleh cemas menempuh
apa yang akan terjadi”.
“Tipu daya dunia tak dapat
dipercayai, ini hari kita dipujuknya, besok mana tahu kita diperdayakannya,
sebab itu kita tak boleh harap dengan yang ada, dan tak boleh cemas menempu apa
yang akan terjadi”.
Inilah pendirian yang sepantasnya
bagi seorang raja, terutama di zaman demokrasi, kerani nasib tidak dapat ditentukan,
berapa banyak raja yang lebih besar dari Ratu Wilhelmina, dan Yuliana terpaksa
meninggalkan singgahsananya. Pelajari hidup bersakit, kerana nikmat tidaklah
kekal.
Maksud qanaah itu amatlah luasnya.
Menyuruh percaya yang betul-betul akan adanya kekuasaan yang melebihi kekuasaan
manusia, menyuruh sabar menerima ketentuan Ilahi jika ketentuan itu tidak
menyenangkan diri, dan bersyukur jika dipinjamiNya nikmat, sebab entah terbang
pula nikmat itu kelak. Dalam hal yang demikian disuruh bekerja, kewajipan belum
berakhir. Kita bekerja bukan lantaran meminta tambahan yang telah ada dan tak
merasa cukup pada apa yang dalam tangan, tetapi kita bekerja, sebab orang hidup
mesti bekerja.
Itulah maksud qanaah.
Nyatalah salah persangkaan orang
yang mengatakan qanaah ini melemahkan hati, memalaskan fikiran, mengajak
berpangku tangan. Tetapi qanaah adalah modal yang paling teguh untuk menghadapi
penghidupan, menimbulkan kesungguhan hidup yang betul-betul (enerti) mencari
rezeki. Jangan takut dan gentar, jangan ragu-ragu dan syak, mantapkan fikiran,
teguhkan hati, bertawakal kepada Tuhan, mengharapkan pertolonganNya, serta
tidak merasa kesal jika ada keinginan yang tidak berhasil, atau yang dicari
tidak dapat.
Kenapa kita ragu-ragu, padahal
semuanya sudah tertulis lebih dahulu pada azal, menurut jalan sebab dan
musabab.
Ada orang yang putus asa dan membuat
bermacam-macam ‘boleh jadi’ terhadap Tuhan. Dan berkata:
“Boleh jadi saya telah ditentukan
bernasib buruk, apa guna saya berikhtiar lagi. Boleh jadi saya telah ditentukan
masuk neraka, apa guna saya bersembahyang”.
Ini namanya syu’uahan, jahat sangka
dengan Tuhan, bukan husnus zhan, baik sangka. Lebih baik merdekakan fikiran
diri dari syu’uzhan itu. Faham demikian tidak berasal dari pelajaran agama,
tetapi dari pelajaran falsafah yang timbul setalah ulama-ulama Islam
bertengkar-tengkar tentang takdir, tentang azali, tentang qadha dan qadar.
Tak mungkin Allah akan begitu kejam,
menentukan saja seorang mesti masuk neraka, padahal dia mengikut perintah
Allah?
Kembali kepada qanaah tadi, maka
yang sebaik-baiknya ubat buat menghindarkan segala keraguan dalam hidup, ialah
berikhtiar an percaya kepada takdir. Hingga apa pun bahaya yang datang kita
tidak syak dan ragu Kita tidak lupa ketika untung, dan tidak cemas ketika rugi.
Siapa yang tidak berperasaan qanaah, ertiya dia tak percaya takdir, tak sabar,
tak tawakal. Mesti tak dapat dia tak percaya takdir, tak sabar, tak tawakal.
Mesti tak dapat tidak, fikirannya kacau, lekas marah,penyusah, dan bilamana
tidak, fikirannya kacau, lekas marah, penyusah,dan bilamana beruntung lekas
pembangga. Dia lari dari yang ditakutiya, tetapi yang ditakuti itu berdiri di
muka pintu, sebagaimana orang yang takut mengingat-ingat, barang yang
diingat-ingat, kian dicubanya melupakan teringat itu, kian teguh dia berdiri di
ruang matanya.
Ini semuanya tidak terjadi pada
orang beriman yang redha menerima apa yang tertentu dalam azal. Meskipun susah
atau senang, miskin atau kaya, semua hanya pada pandangan orang luar. Sebab dia
sendiri adalah nikmat, dan kekayaan dalam perbendaharaan yang tiada ternilai
harganya, ‘pada lahirnya azab, pada batinnya rahmat’. Jika ditimpa susah, dia
senang sebab dapat mengingat kelemahan dirinya dan kekuatan Tuhannya, jika
dihujani rahmat, dia senang pula, sebab dapat bersyukur.
Qanaah, adalah tiang kekayaan yang
sejati. Gelisah adalah kemiskinan yang sebenarnya. Tidak dapatlah disamakan
lurah dengan bukit, tenang dengan gelisah, kesusahan dan kesukaan, kemenangan
dan kekalahan, putus asa dan cita-cita. Tak dapat disamakan orang yang sukses
dengan orang yang muflis.
Keadaan-keadaan yang terpuji itu
terletak pada qanaah, dan semua yang tercela ini terletak pada gelisah.
Posting Komentar